legenda gunung sewulegenda gunung sewu

Legenda Gunung Sewu di selatan tanah Jawa, terbentang sebuah gugusan perbukitan karst yang dikenal dengan nama Gunung Sewu — yang berarti Seribu Gunung. Namanya memang bukan sekadar sebutan, sebab dari kejauhan, deretan bukit kapur itu tampak seperti gelombang hijau yang tak berujung, naik-turun mengikuti irama bumi yang sudah berumur ribuan tahun.

Namun, di balik keindahan alamnya, Gunung Sewu menyimpan cerita yang hanya diketahui oleh mereka yang mau mendengar dengan hati.

Asal-Usul Legenda Gunung Sewu

Konon, berabad-abad yang lalu, daerah itu adalah lautan luas. Ombaknya bergulung lembut, dan ikan-ikan berenang bebas di bawah sinar matahari yang menembus air biru. Hingga suatu hari, langit berubah murka. Laut bergemuruh dan bumi menggeliat. Dalam satu malam yang panjang, air laut surut jauh dan meninggalkan dasar laut yang mengeras menjadi batu karst.

Dari dasar laut itulah muncul bukit-bukit kecil, bagaikan gelombang yang membeku. Maka lahirlah Gunung Sewu, dengan lembah dan goa-goanya yang menyimpan rahasia masa lalu.

Orang-orang tua di sana percaya, setiap bukit adalah tempat bersemayamnya satu roh penjaga — makhluk halus yang bertugas menjaga keseimbangan alam. Karena itulah jumlahnya tak terhitung, seperti seribu.

Kampung di Tengah Seribu Bukit

Di salah satu lembah Gunung Sewu, ada sebuah kampung kecil bernama Watu Langit. Penduduknya hidup sederhana — bertani di ladang kering, menggembala kambing, dan menambang batu kapur. Mereka percaya bahwa selama mereka menghormati alam, alam pun akan melindungi mereka.

Di antara penduduk desa itu, ada seorang pemuda bernama Ranu. Ia dikenal pemberani dan gemar menjelajahi goa-goa yang tersembunyi di balik bukit. Suatu hari, ia menemukan sebuah gua yang tak pernah dilihat siapa pun sebelumnya. Mulut gua itu tertutup semak belukar, dan udara di sekitarnya terasa dingin, seolah mengandung rahasia yang belum terungkap.

Dengan lentera di tangan, Ranu melangkah masuk. Di dalamnya, ia menemukan dinding-dinding yang berkilau seperti kristal dan air jernih yang menetes dari stalaktit. Namun yang paling menakjubkan, di tengah gua itu terdapat batu besar menyerupai wajah seorang perempuan — seolah sedang tertidur.

Rahasia di Dalam Goa

Ranu terpesona. Ia menyentuh batu itu dengan lembut, dan tiba-tiba terdengar suara lirih dari dalam gua.

“Wahai anak manusia, kau telah membangunkan aku dari tidur panjangku…”

Ranu tersentak mundur. Suara itu lembut namun penuh wibawa. Dari batu itu muncul cahaya biru yang berputar pelan, lalu menjelma menjadi sosok perempuan berbusana putih, dengan rambut panjang dan mata bening seperti air sungai.

“Aku adalah Dewi Ranti, penjaga Gunung Sewu,” ujarnya. “Berabad lamanya aku tertidur menjaga keseimbangan alam ini. Namun manusia mulai serakah — menebang pohon, merusak bukit, dan melupakan doa kepada bumi. Jika tak ada yang menghentikan mereka, tanah ini akan retak, dan air akan lenyap.”

Ranu menunduk, tak mampu berkata apa pun. Ia tahu, sebagian penduduk memang telah mulai menambang terlalu dalam demi keuntungan cepat dari even terbaru di carteltoto.

“Pergilah, Ranu,” kata sang Dewi. “Beritahu kaummu. Jika manusia terus melupakan alam, maka Gunung Sewu akan menangis, dan airnya akan menelan mereka.”

Setelah itu, cahaya memudar, dan sosok Dewi Ranti kembali menjadi batu.

Kutukan atau Peringatan

Ranu berlari ke desa dan menceritakan semua yang dilihatnya. Namun sebagian orang menertawakannya. “Itu cuma dongeng, Ranu,” kata seorang tetua. “Batu bicara? Mana mungkin!”

Beberapa bulan kemudian, musim kemarau datang lebih lama dari biasanya. Sumur mengering, ladang retak, dan kambing mati satu per satu. Saat itulah mereka mulai teringat kata-kata Ranu.

Namun sudah terlambat. Suatu malam, hujan deras turun tanpa henti selama tujuh hari. Dari bukit-bukit kapur itu, air mengalir deras seperti sungai baru yang menelan jalan dan rumah. Banyak gua yang runtuh, dan desa Watu Langit tenggelam di bawah lumpur.

Saat hujan berhenti, yang tersisa hanyalah dataran tandus dengan bukit-bukit batu menjulang sunyi.

Gunung Sewu Hari Ini

Kini, Gunung Sewu menjadi surga bagi para penjelajah dan pecinta alam. Goa-goanya seperti Goa Jomblang dan Goa Pindul terkenal hingga mancanegara. Namun penduduk setempat masih berpegang pada satu pesan tua yang diwariskan turun-temurun:

“Hormatilah Gunung Sewu seperti engkau menghormati ibu sendiri. Karena di sanalah darah dan air kehidupan berasal.”

Mereka percaya bahwa setiap kali kabut turun di pagi hari, Dewi Ranti sedang berjalan di antara bukit-bukit itu, memastikan manusia masih tahu cara mencintai alamnya.

Pesan Moral

Cerita Gunung Sewu mengajarkan kita tentang hubungan manusia dan alam. Bahwa keindahan bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga untuk dijaga. Ketika manusia serakah, alam tak akan tinggal diam. Namun selama kita mau mendengar dan menjaga keseimbangannya, Gunung Sewu akan tetap menjadi tempat yang penuh kehidupan, rahasia, dan keajaiban.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *